Nipah
|
||||||||||||||
Tegakan nipah di tepi sungai
|
||||||||||||||
Klasifikasi ilmiah
|
||||||||||||||
|
||||||||||||||
Nama binomial
|
||||||||||||||
Nypa fruticans
Wurmb |
Nipah adalah sejenis palem (palma) yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau
daerah pasang-surut dekat tepi laut. Tumbuhan ini juga dikenal dengan banyak
nama lain seperti daon, daonan (Sd., Bms.), buyuk (Jw., Bali), bhunyok (Md.), bobo(Menado, Ternate, Tidore), boboro (Halmahera), palean, palenei, pelene, pulene, puleanu, pulenu, puleno, pureno,
parinan, parenga (Seram, Ambon dan sekitarnya).
Di beberapa negara lain, tumbuhan ini
dikenal dengan nama (dalam bahasa Inggris)Attap Palm (Singapura), Nipa Palm atau losa (Filipina), atau umumnya disebut Nypa palm. Nama ilmiahnya adalah Nypa fruticans Wurmb, dan diketahui
sebagai satu-satunya anggota marga Nypa. Tumbuhan ini
merupakan satu-satunya jenis palma dari wilayah mangrove. Fosil serbuk sari
palma ini diketahui berasal dari sekitar 70 juta tahun yang silam.
Pemerian
Sebagaimana rumbia (Metroxylon spp.), batang pohon nipah menjalar di
tanah, membentuk rimpang yang terendam oleh lumpur. Hanya roset daunnya yang
muncul di atas tanah, sehingga nipah nampak seolah-olah tak berbatang. Akar
serabutnya dapat mencapai panjang 13 m. Karena perakaran nipah ini hanya
terletak dalam lumpur yang sifatnya labil maka rumpun-rumpun nipah dapat
dihanyutkan oleh air sampai ke laut.
Batang nipah terendam oleh lumpur. Hanya
daunnya yang muncul di atas tanah
Dari rimpangnya muncul daun-daun majemuk
menyirip khas palma, tegak atau hampir tegak, menjulang hingga 9 m di atas
tanah. Panjang tangkainya 1-1,5 m; dengan kulit yang mengkilap dan keras,
berwarna hijau pada yang muda dan berangsur menjadi cokelat sampai cokelat tua
sesuai perkembangan umurnya; bagian dalamnya lunak seperti gabus. Anak daun
berbentuk pita memanjang dan meruncing di bagian ujung, memiliki tulang daun
yang di sebut lidi (seperti pada daun kelapa). Panjang anak daun dapat mencapai
100 cm dan lebar daun 4-7 cm. Daun nipah yang sudah tua berwarna hijau,
sedangkan daunnya yang masih muda berwarna kuning, menyerupai janur kelapa.
Banyaknya anak daun dalam tiap ental mencapai 25-100 helai.
Karangan bunga majemuk muncul di ketiak
daun, berumah satu, dengan bunga betina terkumpul di ujung membentuk bola dan
bunga jantan tersusun dalam malai serupa untai, merah, jingga atau kuning pada
cabang di bawahnya. Setiap untai mempunyai 4-5 bulir bunga jantan yang
panjangnya mencapai 5 cm. Bunga nipah jantan dilindungi oleh seludang bunga,
namun bagian yang terisi serbuk sari tetap tersembul keluar. Bunga nipah betina
berbentuk bulat peluru dan bengkok mengarah ke samping. Panjang tangkai badan
bunga mencapai 100-170 cm. Tandan bunga inilah yang dapat disadap untuk diambil
niranya. Empat hingga lima bulan sejak keluarnya bunga nipah, tandan bunga
tersebut dapat disadap. Pada saat ini pengisian biji sedang aktif, maka bila
dilakukan penyadapan pasti akan dapat memperoleh jumlah nira yang maksimal.
Buah tipe buah batu dengan mesokarp
bersabut, bulat telur terbalik dan gepeng dengan 2-3 rusuk, coklat kemerahan,
11 x 13 cm, terkumpul dalam kelompok rapat menyerupai bola berdiameter sekitar
30 cm.[2] Struktur buah mirip buah kelapa, dengan
eksokarp halus, mesokarp berupa sabut, dan endokarp keras yang disebut
tempurung. Biji terlindung oleh tempurung dengan panjangnya antara 8-13 cm dan
berbentuk kerucut. Dalam satu tandan, buahnya dapat mencapai antara 30-50
butir, berdempetan satu dengan yang lainnya membentuk kumpulan buah bundar.
Buah yang masak gugur ke air dan mengapung mengikuti arus pasang surut atau
aliran air hingga tersangkut di tempat tumbuhnya. Kerap kali buah telah
berkecambah senyampang dihanyutkan arus ke tempat yang baru.
Tempat tumbuh dan
penyebaran
Tegakan nipah di hutan bakau Maitum,
Filipina
Nipah tumbuh di bagian belakang hutan
bakau, terutama di dekat aliran sungai yang memasok lumpur ke pesisir. Palma
ini dapat tumbuh di wilayah yang berair agak tawar, sepanjang masih terpengaruh
pasang-surut air laut yang mengantarkan buah-buahnya yang mengapung. Di
tempat-tempat yang sesuai, tegakan nipah membentuk jalur lebar tak terputus di
belakang lapisan hutan bakau, kurang lebih sejajar dengan garis pantai. Nipah
mampu bertahan hidup di atas lahan yang agak kering atau yang kering sementara
air surut.
Palma ini umum ditemukan di sepanjang
garis pesisir Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik, khususnya di antara
Bangladesh hingga pulau-pulau di Pasifik. Nipah termasuk jenis tumbuhan yang
terancam punah di Singapura.
Pemanfaatan
Buah nipah
Daun nipah yang telah tua banyak
dimanfaatkan secara tradisional untuk membuat atap rumah yang daya tahannya
mencapai 3-5 tahun. Daun nipah yang masih muda mirip janur kelapa, dapat
dianyam untuk membuat dinding rumah yang disebutkajang. Daun nipah juga dapat dianyam untuk membuat tikar, tas, topi dan aneka
keranjang anyaman. Di Sumatra, pada masa silam daun nipah yang muda (dinamaipucuk) dijadikan daun rokok –yaitu lembaran pembungkus untuk melinting tembakau–
setelah dikelupas kulit arinya yang tipis, dijemur kering, dikelantang untuk
memutihkannya dan kemudian dipotong-potong sesuai ukuran rokok. Beberapa naskah
lama Nusantara juga menggunakan daun nipah sebagai alas tulis, bukannya daun
lontar.
Tangkai daun dan pelepah nipah dapat
digunakan sebagai bahan kayu bakar yang baik. Pelepah daun nipah juga
mengandung selulosa yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp
(bubur kertas). Lidinya dapat digunakan untuk sapu, bahan anyam-anyaman dan
tali.
Nipah dapat pula disadap niranya, yakni
cairan manis yang diperoleh dari tandan bunga yang belum mekar. Nira yang dikeringkan
dengan dimasak dipasarkan sebagai gula nipah (palm sugar). Dari hasil oksidasi
gula nipah dapat dihasilkan cuka. Di Pulau Rote dan Sawu, Nusa Tenggara Timur,
nira nipah diberikan ke ternak babi di musim kemarau. Konon, hal ini bisa
memberikan rasa manis pada daging babi.
Di Filipina dan juga di Papua, nira ini
diperam untuk menghasilkan semacam tuak yang dinamakan tuba (dalam bahasa Filipina). Fermentasi lebih lanjut dari tuba akan menghasilkan cuka. Di Malaysia, nira nipah dibuat
sebagai bahan baku etanol yang dapat dijadikan bahan bakar nabati pengganti
bahan bakar minyak bumi. Etanol yang dapat dihasilkan adalah sekitar 11,000
liter/ha/tahun, jauh lebih unggul dibandingkan kelapa sawit (5,000
liter/ha/tahun).
Umbut nipah dan buah yang muda dapat
dimakan. Biji buah nipah yang muda, yang disebut tembatuk, mirip dengan
kolang-kaling (buah atep), dan juga diberi namaattap chee (“chee” berarti “biji” menurut dialek
China tertentu). Sedangkan buah yang sudah tua bisa ditumbuk untuk dijadikan
tepung.
Di Kalimantan arang dari akar nipah
digunakan untuk obat sakit gigi dan sakit kepala.
Pengganggu
Gangguan alam yang sering menimpa
tanaman nipah adalah angin dan banjir.
Hewan yang sering mengganggu tanaman
nipah adalah babi hutan, monyet, tikus, larva kumbang artona, dan udang tanah.
Penyakit yang biasa menyerang tanaman nipah adalah jamur. Tanaman nipah yang
terserang penyakit jamur pertumbuhannya akan terganggu. Bila yang terserang jamur
adalah tangkai buahnya, bidang sadapan akan cepat rusak dan membusuk, sehingga
tidak dapat disadap lagi. Kontaminasi jamur penyakit menyebabkan penurunan
kualitas nira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar