Welcome to Ekosistem Blog

Kamis, 21 Maret 2013

Buah Pidada (Sonneratia caseolaris)


Buah pidada berbentuk seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Mempunyai ukuran buah berdiameter 6-8 cm. Pidada tumbuh di bagian yang kurang asin di hutan mangrove, pada tanah lumpur yang dalam, seringkali sepanjang sungai kecil dengan air yang mengalir pelan dan terpengaruh oleh pasang surut. Tidak pernah tumbuh pada pematang/ daerah berkarang. Juga tumbuh di sepanjang sungai, mulai dari bagian hulu dimana pengaruh pasang surut masih terasa, serta di areal yang masih di dominasi oleh air tawar. Tidak toleran terhadap naungan. Ketika bunga berkembang penuh (setelah jam 20.00 malam), bunga berisi banyak nektar. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Biji mengapung. Selama hujan lebat, kecenderungan pertumbuhan daun akan berubah dari horizontal menjadi vertical. (Tjandra dan Ronaldo, 2011)
Klasifikasi
Kingdom              : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom       : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi         : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                      : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                     : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas             : Rosidae
Ordo                      : Myrtales
Famili                    : Lythraceae
Genus                   : Sonneratia
Spesies                  : Sonneratia caseolaris

Manfaat Buah Pidada (Sonneratia caseolaris)
Tidak banyak orang yang tahu akan buah pidada. Buah ini biasanya tumbuh liar di sekitar pantai maupun bantaran sungai. Pidada merupakan salah satu jenis hutan mangrove. Tidaklah mengherankan kalau buah pidada banyak kita jumpai. Meskipun buah pidada ini banyak kita jumpai, namun tidak banyak orang tahu bahwa buah pidada memiliki banyak manfaat.
Buahnya yang masam dapat dimakan dan dibuat rujak. Di Sulawesi, kayu pohon pidada dibuat untuk perahu dan bahan bangunan, atau sebagai bahan bakar ketika tidak ada bahan bakar lain. Sementara di Papua, akar napasnya digunakan sebagai bahan gabus dan pelampung. Pada malam hari banyak hewan yang hinggap di pohon pidada, seperti ngengat, burung, kelelawar pemakan buah, dan kunang-kunang. Hal ini karena bunganya mengembang penuh di malam hari. Buah yang sudah matang dapat mengapung karena adanya jaringan yang mengandung biji pada bijinya. (Tjandra dan Ronaldo, 2011)
Adelia, dkk (2011)
http://indofishtama.wordpress.com/2011/08/19/buah-pidada-sonneratia-caseolaris/

Klasifikasi Mangrove Berjenis Api-api (Avicennia)

Api-api
Api-api Avicennia germinans
Api-api Avicennia germinans
Status konservasi
Aman
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Plantae
Divisi:
Magnoliophyta
Kelas:
Magnoliopsida
Ordo:
Lamiales
Famili:
Acanthaceae
Genus:
Avicennia
L.
Spesies
lihat pada teks

Api-api adalah nama sekelompok tumbuhan dari marga Avicennia, suku Acanthaceae. Api-api biasa tumbuh di tepi atau dekat laut sebagai bagian dari komunitas hutan bakau. Nama Avicennia dilekatkan pada genus ini untuk menghormati Ibnu Sina, di dunia barat terkenal sebagai Avicenna, salah seorang pakar dan perintis kedokteran modern dari Persia.
Sebagai warga komunitas mangrove, api-api memiliki beberapa ciri yang merupakan bagian dari adaptasi pada lingkungan berlumpur dan bergaram. Di antaranya:
  • Akar nafas serupa paku yang panjang dan rapat, muncul ke atas lumpur di sekeliling pangkal batangnya.
  • Daun-daun dengan kelenjar garam di permukaan bawahnya. Daun api-api berwarna putih di sisi bawahnya, dilapisi kristal garam. Ini adalah kelebihan garam yang dibuang oleh tumbuhan tersebut.
  • Biji api-api berkecambah tatkala buahnya belum gugur, masih melekat di rantingnya. Dengan demikian biji ini dapat segera tumbuh sebegitu terjatuh atau tersangkut di lumpur.
Nama lain api-api di pelbagai daerah di Indonesia di antaranya adalah mangi-mangi,sia-sia, boak, koak, marahu, pejapi, papi, nyapi dan lain-lain.
Pemerian
Pohon kecil atau besar, tinggi hingga 30 m, dengan tajuk yang agak renggang. Dengan akar nafas (pneumatophores) yang muncul 10-30 cm dari substrat, serupa paku serupa jari rapat-rapat, diameter lk. 0,5-1 cm dekat ujungnya. Pepagan (kulit batang) halus keputihan sampai dengan abu-abu kecoklatan dan retak-retak. Ranting dengan buku-buku bekas daun yang menonjol serupa sendi-sendi tulang.
Daun-daun tunggal, bertangkai, berhadapan, bertepi rata, berujung runcing atau membulat; helai daun seperti kulit, hijau mengkilap di atas, abu-abu atau keputihan di sisi bawahnya, sering dengan kristal garam yang terasa asin; pertulangan daun umumnya tak begitu jelas terlihat. Kuncup daun terletak pada lekuk pasangan tangkai daun teratas.
Perbungaan dalam karangan bertangkai panjang bentuk payung, malai atau bulir, terletak di ujung tangkai atau di ketiak daun dekat ujung. Bunga-bunga duduk (sessile), membulat ketika kuncup, berukuran kecil antara 0,3-1,3 cm, berkelamin dua, kelopak 5 helai, mahkota kebanyakan 4 (jarang 5 atau 6) helai, kebanyakan kuning atau jingga kekuningan dengan bau samar-samar, benang sari kebanyakan 4, terletak berseling dengan mahkota bunga. Buah berupa kapsul yang memecah (dehiscent) menjadi dua, 1-4 cm panjangnya, hijau abu-abu, berbulu halus di luarnya; vivipar, bijinya tumbuh selagi buah masih di pohon.
Ekologi
Api-api menyukai rawa-rawa mangrove, tepi pantai yang berlumpur, atau di sepanjang tepian sungai pasang surut. Beberapa jenisnya, seperti A. marina, memperlihatkan toleransi yang tinggi terhadap kisaran salinitas, mampu tumbuh di rawa air tawar hingga di substrat yang berkadar garam sangat tinggi.
Kebanyakan jenisnya merupakan jenis pionir dan oportunistik, serta mudah tumbuh kembali. Pohon-pohon api-api yang tumbang atau rusak dapat segera trubus (bersemi kembali), sehingga mempercepat pemulihan tegakan yang rusak.
Akar nafas api-api yang padat, rapat dan banyak sangat efektif untuk menangkap dan menahan lumpur serta pelbagai sampah yang terhanyut di perairan. Jalinan perakaran ini juga menjadi tempat mencari makanan bagi aneka jenis kepiting bakau, siput dan teritip.
(Untuk ekologi tumbuhan umumnya di wilayah mangrove, lihat pada Hutan bakau)
Ragam jenis dan penyebaran
Sejauh ini diketahui sekitar 8 spesies yang menyebar di dua kawasan perairan utama di wilayah tropis, yakni di Dunia Lama (Afro-Asia dan Australasia) dan Dunia Baru (Pasifik Timur dan Karibia).
Spesies
  • Avicennia alba, api-api hitam. Menyebar mulai dari pantai barat India, Asia Tenggara termasuk Kepulauan Nusantara dan Filipina selatan hingga ke Kepulauan Palau dan Solomon di Pasifik selatan.
  • Avicennia bicolor. Terbatas di pantai barat Amerika Tengah.
  • Avicennia germinans. Di pantai barat dan pantai timur Amerika Tengah termasuk di Kepulauan Karibia, dan di pantai barat Afrika.
  • Avicennia integra. Terbatas (endemik) di pantai utara Australia (Northern Territory).
  • Avicennia marina, api-api putih. Memiliki anak jenis (subspesies) paling banyak dan sebaran yang paling luas, mulai dari pantai timur Afrika, Teluk Persia, India, Asia Tenggara, ke timur hingga RRC dan Jepang, serta ke selatan menyebar di seluruh kawasan Indomalaya hingga ke Australasia dan kepulauan di Pasifik Selatan.
  • Avicennia officinalis, api-api daun lebar, api-api ludat. Serupa dengan A. alba, menyebar mulai dari pantai barat India, Asia Tenggara, Kepulauan Nusantara dan Filipina, hingga ke Australasia, terutama melalui pesisir selatan Papua hingga ke Papua Nugini.
  • Avicennia rumphiana. Agak jarang ditemukan, api-api ini menyebar terutama di Kepulauan Nusantara, mulai dari Malaysia di barat, Filipina di utara, hingga Papua di timur.
  • Avicennia schaueriana. Menyebar sedikit di Karibia timur dan di pantai timur Amerika Selatan mulai dari Venezuela hingga Argentina di selatan.
Catatan taksonomis
Taksonomi Avicennia membingungkan dan belum mantap. Sebelumnya marga ini diklasifikasikan ke dalam suku Verbenaceae, sesuku dengan pohon jati, laban dan sungkai. Akan tetapi sebagian pakar kemudian memisahkannya ke dalam suku bermarga tunggal Avicenniaceae.
Belakangan, analisis filogeni yang terbaru mendapatkan bahwa kemungkinanAvicennia lebih tepat diletakkan di dalam suku Acanthaceae, sekerabat dengan jeruju (Acanthus spp.) yang juga biasa ditemui di lingkungan mangrove.
Mendong adalah salah satu tumbuhan yang hidup di rawa, tanaman ini tumbuh di daerah yang berlumpur dan memiliki air yang cukup. Mendong merupakan salah satu jenis rumput, dan biasanya tumbuh dengan panjang lebih kurang 100cm. Di daerah Tasikmalaya, mendong biasanya dijadikan bahan dasar untuk pembuatan tikar. dan sebelum di pergunakan, tanaman ini dijemur terlebih dahulu hingga kering.

Klasifikasi Mangrove Berjenis Pidada (Sonneratia)

Pidada
Sonneratia caseolaris (L.) Engl.
Sonneratia caseolaris (L.) Engl.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Plantae
Divisi:
Magnoliophyta
Kelas:
Magnoliopsida
Ordo:
Myrtales
Famili:
Lythraceae
Genus:
Sonneratia
L.f.

Pidada atau perepat adalah nama umum untuk sekelompok tumbuhan dari margaSonneratia. Sebelumnya marga ini bersama marga Duabanga ditempatkan dalam suku Sonneratiaceae; akan tetapi kini keduanya dimasukkan sebagai anggota suku Lythraceae. Marga ini juga dinamai Blatti oleh James Edward Smith, namun namaSonneratia mendapatkan prioritas sebagai nama ilmiah.
Nama-nama lainnya adalah berembang (Mal.), bogem (Jawa), mangrove apple(Ingg.), dan mangroven apfel atau holzapfel mangrove (Jerman).
Spesies
Marga Sonneratia beranggotakan duapuluh spesies:
  • Sonneratia acida L.f.
  • Sonneratia alba Griff., pidada putih
  • Sonneratia apetala Buch.-Ham.
  • Sonneratia caseolaris ( L. ) Engl., pidada merah
  • Sonneratia evenia Blume
  • Sonneratia griffithii Kurz
  • Sonneratia gulngai N.C.Duke
  • Sonneratia hainanensis W.C.Ko , E.Y.Chen & W.Y.Chen
  • Sonneratia iriomotensis Masam.
  • Sonneratia lanceolata Blume
  • Sonneratia mossambicensis Klotzsch
  • Sonneratia neglecta Blume
  • Sonneratia obovata Blume
  • Sonneratia ovalis Korth.
  • Sonneratia ovata Backer
  • Sonneratia pagatpat Blanco
  • Sonneratia paracaseolaris W.C.Ko, E.Y.Chen & W.Y.Chen
  • Sonneratia punctata J.F.Gmel.
  • Sonneratia rubra Oken
  • Sonneratia urama N.C.Duke
Sonneratia pagatpat; (Blanco 1837)
Pidada Merah
Pidada merah, Sonneratia caseolaris Dari Labuan Bakti, Teupah Selatan, Simeulue
Pidada merah, Sonneratia caseolaris
Dari Labuan Bakti, Teupah Selatan, Simeulue
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Plantae
Divisi:
Magnoliophyta
Kelas:
Magnoliopsida
Ordo:
Myrtales
Famili:
Lythraceae
Genus:
Sonneratia
Spesies:
S. caseolaris
Nama binomial
Sonneratia caseolaris
(L.) Engl.
Sinonim
Sonneratia acida L.
Pidada merah atau perepat merah (Sonneratia caseolaris) adalah sejenis pohon penghuni rawa-rawa tepi sungai dan hutan bakau, yang termasuk ke dalam suku Lythraceae (dulu, Sonneratiaceae).
Pidada merah adalah salah satu jenis pidada yang kerap ditemui. Secara lokal, pohon ini sering disebut pidada atau perepat saja. Nama-nama lainnya, di antaranya:alatat (Sim.); berembang (Mly.); pedada, perepat merah, rambai (Banjarm.); bogem(Sd.); betah, bidada, bogem, kapidada (Jw.); bhughem, poghem (Mad.); wahat merah, warakat merah (Amb.); posi-posi merah (Ternate) dan lain-lain.
Juga hikau-hikauan, ilukabban, palapat, palata, pagatpat, payar, pedada (Fil.); bãn sè (Viet.); lam phu, lampoo (Thai.); ampou-krohom (Kamb.); serta mangrove apple(Ingg.).
Pemerian botanis
Pohon dengan akar nafas yang mencuat tinggi
Pohon berukuran kecil hingga sedang, tinggi sekitar 15 m dan jarang-jarang mencapai 20 m. Tajuk renggang dengan ranting-ranting menggantung di ujung. Serta dengan banyak akar nafas yang besar muncul vertikal di sekeliling batangnya, kadang-kadang hingga beberapa meter jauhnya dari batang.
Daun-daun tunggal, berhadapan, bundar telur terbalik atau memanjang, 5–13 cm × 2–5 cm, dengan pangkal bentuk baji dan ujung membulat atau tumpul. Tangkai daun pendek dan seringkali kemerahan.
Bunga sendirian atau berkelompok hingga 3 kuntum di ujung ranting. Kelopak bertaju 6 (jarang 7–8), runcing, panjang 3–4,5 cm dengan tabung kelopak serupa cawan dangkal di bawahnya, hijau di bagian luar dan putih kehijauan atau kekuningan di dalamnya. Daun mahkota merah, sempit, 17-35 mm × 1,5-3,5 mm. Benangsari sangat banyak, panjang 2,5–3,5 cm, putih dengan pangkal kemerahan, lekas rontok. Tangkai putik besar dan panjang, tetap tinggal sampai lama.
Buah buni berbiji banyak berbentuk bola pipih, hijau, 5–7,5 cm diameternya dan tinggi 3–4 cm, duduk di atas taju kelopak yang hampir datar. Daging buah kekuningan, masam asin, berbau busuk.
Ekologi
Bunga, dengan mahkota dan benangsari yang telah rontok
Pidada merah kerap didapati di hutan-hutan bakau di bagian yang bersalinitas rendah dan berlumpur dalam; di sepanjang tepian sungai dan juga di rawa-rawa yang masih dipengaruhi pasang-surut air laut. Buah pidada terapung dan dipencarkan oleh aliran air.
Seperti umumnya pidada, bunga pidada merah mekar di malam hari. Bunga ini mengandung banyak nektar, yang disukai oleh kelelawar dan ngengat, yang datang menyerbukinya. Pidada merah berbunga dan berbuah sepanjang tahun.
Pemanfaatan
Buahnya dapat dimakan, demikian pula daunnya yang muda, yang kerap dilalap. Buah ini pun sering dimakan mentah, atau dimasak sebagai campuran ikan. Di Kalimantan Selatan, buah rambai dijadikan sebagai bahan ramuan bedak dingin.
Kayunya berkualitas rendah, dan hanya kadang-kadang digunakan sebagai kayu api. Akar nafasnya relatif lunak dan banyak mengandung rongga renik di dalamnya, sehingga kerap digunakan sebagai pengganti gabus untuk membuat tutup botol, kok, dan juga bagian dalam sol sepatu.
Penyebaran
Buah masak, dengan biji-biji di dalamnya
Pidada merah diketahui menyebar luas, mulai dari Sri Lanka di barat, Asia Tenggara (Kamboja, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, Filipina, Timor Timur, Papua Nugini, hingga ke Australia, Kepulauan Solomon dan New Hebrides. Diintroduksi ke Cina selatan.
Catatan taksonomis
Dikenal hasil persilangan Sonneratia caseolaris dengan Sonneratia alba di Papua Nugini, yang dinamai Sonneratia X gulngai .
Sumber:
http://richmountain.wordpress.com/flora/bakau/